GEMAERA.ID, Palopo – Mahasiswa UIN Palopo angkatan 2022 mengkritik kebijakan terkait pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2025. Lewat unggahan viral di akun Instagram @guyonan.uinpalopo, mereka menyampaikan berbagai keluhan atas sejumlah persoalan teknis yang dianggap belum terselesaikan oleh pihak kampus.
Unggahan itu dibuka dengan sebuah kalimat sindiran yang langsung mencuri perhatian publik. Dengan gaya satire yang khas, mahasiswa menyuarakan bahwa ekspektasi mereka terhadap program ini ternyata tak sesuai kenyataan.
“KKN 2025 Tidak Seromantis Drama Korea,” tulis unggahan akun @guyonan.uinpalopo seperti dilihat media ini, Senin (30/6/2025).
Salah satu hal yang disoroti adalah belum adanya kejelasan teknis dan informasi resmi dari kampus, terutama terkait juknis dan rincian anggaran. Hal ini menjadi sumber kebingungan bagi mahasiswa, mengingat pelaksanaan KKN sudah semakin dekat.
“Juni, juknis dan transparansi anggaran KKN itu belum juga terbit dan sampai ke mahasiswa angkatan 22,” ungkapnya.
Tak berhenti di situ, mahasiswa juga mengeluhkan kebijakan mendadak yang membuat posko yang sudah dipersiapkan dengan matang harus dibatalkan secara sepihak. Beberapa mahasiswa mengaku telah menyelesaikan seluruh persiapan di lokasi, termasuk atribut.
“Salah satu posko di daerah Kolaka Utara yg sudah rampung 100% atributnya, tiba-tiba dipindahkan begitu saja,” bebernya.
Kejadian ini memicu kecurigaan bahwa pihak kampus belum benar-benar melakukan observasi dan perencanaan lokasi secara maksimal. Mahasiswa mempertanyakan validitas data yang digunakan dalam penentuan lokasi KKN.
“Artinya bahwa pihak LP2M dari awal tidak benar-benar melakukan observasi di kampung tersebut,” jelasnya.
Sebagai bentuk protes, mahasiswa menyebarkan berbagai poster bertuliskan kritik dan harapan agar kampus memperbaiki tata kelola program. Dalam kampanye tersebut, mereka menyampaikan dua tuntutan utama secara jelas.
“Tuntutannya cuma dua, yang pertama evaluasi kinerja BP KKN dan yang kedua transparansi anggaran transportasi ke lokasi KKN,” tegasnya.
Tak hanya berisi keluhan, unggahan itu juga menjelaskan maksud dari kampanye visual yang tersebar. Poster-poster tersebut dibuat sebagai cara agar birokrasi kampus mulai mendengarkan suara mahasiswa.
“Beragam wacana yang terdapat dalam slogan kampanye tersebut memiliki maksud agar makna yang tersirat menjadi perhatian serta mendapat respon dari birokrasi kampus,” imbuhnya.
Unggahan ini pun menjadi ruang aspirasi bagi mahasiswa lain yang turut mengalami hal serupa. Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pihak kampus. Kendati begitu, suara-suara mahasiswa ini menjadi pengingat pentingnya komunikasi terbuka, kejelasan teknis, serta transparansi dalam setiap program pengabdian.