GEMAERA.ID – Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi digital saat ini, pelajar menjadi salah satu kelompok yang paling aktif dalam mengakses dan berinteraksi dengan berbagai platform digital, terutama media sosial. Namun, di balik kemudahan mendapatkan informasi, tersimpan tantangan besar: maraknya peredaran informasi palsu atau hoaks yang bisa menyebar dengan sangat cepat dan sulit dikendalikan.

Literasi informasi digital menjadi kemampuan penting yang harus dimiliki oleh setiap pelajar di era digital ini. Literasi ini tidak hanya mencakup kemampuan teknis dalam menggunakan perangkat digital, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis dalam menyaring, mengevaluasi, dan memverifikasi informasi yang diterima. Pelajar yang memiliki literasi digital yang baik akan lebih mampu mengenali informasi yang menyesatkan, memahami konteks yang benar, dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap apa yang mereka baca atau lihat di internet.

Hoaks sering disebarkan dengan bahasa yang provokatif, tanpa sumber yang jelas, dan memanfaatkan isu-isu yang sensitif seperti politik, agama, kesehatan, dan keamanan. Dalam banyak kasus, hoaks sengaja dibuat untuk menciptakan keresahan, membentuk opini yang keliru, atau bahkan memperkeruh situasi sosial. Jika pelajar tidak dibekali dengan kemampuan untuk memilah dan mengkritisi informasi, mereka bisa menjadi korban sekaligus penyebar hoaks tanpa sadar.

Peningkatan literasi informasi digital di kalangan pelajar perlu dimulai dengan membangun kesadaran tentang pentingnya bersikap kritis terhadap setiap informasi yang diterima. Pelajar harus dibiasakan untuk tidak langsung percaya, melainkan melakukan pengecekan ulang terhadap informasi tersebut, terutama jika informasi itu menimbulkan emosi negatif seperti marah, takut, atau panik. Menggunakan sumber-sumber resmi dan terpercaya, serta memanfaatkan platform pengecekan fakta, dapat membantu dalam proses verifikasi.

Selain itu, pelajar juga perlu memahami etika dalam bermedia digital. Tidak semua hal layak untuk dibagikan, apalagi jika belum diketahui kebenarannya. Menyebarkan hoaks tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga bisa berdampak hukum bagi penyebarnya. Oleh karena itu, sikap hati-hati dan bertanggung jawab dalam menggunakan media digital sangat penting untuk ditanamkan sejak dini.

Dukungan dari lingkungan sekitar, seperti sekolah dan keluarga, juga berperan besar dalam meningkatkan literasi informasi digital pelajar. Guru dapat mengintegrasikan materi tentang literasi digital dalam proses pembelajaran, misalnya dengan mengajak siswa menganalisis berita atau membuat proyek kecil tentang cek fakta. Sementara itu, orang tua dapat mendampingi anak dalam mengakses informasi dan berdiskusi secara terbuka mengenai konten digital yang mereka konsumsi.

Dengan meningkatnya literasi informasi digital, pelajar tidak hanya mampu melindungi diri dari hoaks, tetapi juga bisa menjadi agen perubahan yang ikut menyebarkan informasi yang benar dan mendorong ekosistem digital yang sehat dan bertanggung jawab. Mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga bagian dari masyarakat digital yang cerdas, kritis, dan etis.

Oleh: NUR AINUN (Mahasiswi UIN PALOPO)